Bukan Maksud Kami (Mahasiswa) , Harus TURUN JALAN (lagi)!


……

Kartu Mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu,

Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua satu,

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian di TriSakti bahkan di seluruh negeri

……

(Taufik Ismail, 1989)


Sebuah coretan tentang kondisi keresahan mahasiswa yang terpaksa harus turun ke jalan untuk memperjuangkan nasib rakyat. Yang sering dipandang remeh, karena Mungkin tak berefek besar tapi inilah yang kami bisa kawan! Tidak bermaksud membuka luka lama , namun ini telah menjadi catatan kami , mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi BEM Seluruh Indonesia ( BEM SI). Kondisi (masih) carut marutnya kondisi bangsa menjadikan kami bergerak. Bidang pangan, kesehatan, ekonomi, korupsi, pendidikan bahkan energy tak terurus dengan baik dan semakin menjadikan rakyat korban utama atas kepuasan pribadi. Dengan berlindung dibawah payung hukum bernama kebijakan agar menjadi legalitas. Masih hangat di ingatan kami akan janji yang didengungkan ketika pesta demokrasi itu berlaga. Namun janji tinggalalah janji, karena akhirnya kami harus turun lagi untuk mengingatkan janji Anda bapak ibu dewan yang terhormat.


Tanggal 20 Oktober 2010, satu tahun sudah berjalan masa bakti Kabinet Bersatu Jilid II. Evaluasipun memberikan catatan- catatan tersendiri. Mulai dari 100 hari kepengurusan yang disibukkan dengan masalah Centurygate, ACFTA dan beberapa kasus lain yang mencerminkan kebobrokan hukum dan tatanan pemerintahan di negeri ini. Hinnga sedikit mengesampingkan agenda yang seharusnya dilakukan. Maka sudah menjadi kewajaran jika ada banyak hal pula yang bisa kami jabarkan selama masa satu tahun berjalan ini seperti bidang pangan, adanya ACFTA , Food state, serta beberapan kebijakan untuk pertanian maupun holtikultura. Dilanjutkan bicara tentang kesehatan, bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi yaitu terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan bahkan ada yang diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu. Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di wilayah perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat. Belum lagi bicara manajemen, lagi-lagi akan menemukan banyak hal yang harus dibenahi dalam hal tenaga kesehatan, pelayanan maupun pembangunannya dan dari semua itu dpengaruhi oleh beberapa kebijakan yang dikeluarkan.

Beranjak ke bidang bernama Ekonomi yang identik dengan korupsi. Kasus Century yang benar memberikan efek sistemik “ menggeret “ beberapa nama dalam hal lingkar kasus korupsi ini. Selain itu, (belum lagi) beberapa permasalahan lain yaitu pendidikan, yang ribut dengan BHP yang tak kunjung terselesaikan. Anggaran pendidikan yang saat ini diakui pemerintah telah menembus angka 20% dari APBN dan APBD, namun dirasa belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan pendidikan nasional. Sedangkan di lain bidang yaitu energy, (lagi-lagi) harus menelan pil pahit melihat kondisi yang terjadi yaitu Potensi Energi Non fosil belum banyak termanfaatkan dan membutuhkan effort lebih dari pemerintah untuk melakukan inovasi dan pembangunan. Potensi Energi Fosil Nasional didominasi oleh Bahan Bakar Non minyak. Terjebak pada Kontrak yang merugikan negara; gas tangguh, blok cepu, dll .

Gambaran diatas adalah kondisi singkat yang mana sebenarnya masih banyak hal komplek yang mendasari kami mahasiswa aliansi dari BEM SI untuk melakukan penyikapan. Minimal mengingatkan kembali janji- janji yang pernah terlontar kepada rakyat. Tidak hanya sekedar aksi dalam hal penyikapan ini. Kajian, seminar, kunjungan serta usaha –usaha lain untuk memperkuat analisa kritis penyikapan yang dilakukan selama ini telah kami lakukan dengan pembagian beberapa issu dari masing- masing kampus yang menjadi anggota BEM SI ini. Konsolidasi dalam hal pengawalan pun selalu menjadi agenda utama pembahasan kami. Karena jika bukan kita selaku mahasiswa sebagai social control, maka siapa lagi yang akan turun untuk memperjuangkan rakyat atau minimal meminimalisir kebijakan atau tindakan sang penguasa agar rakyat tidak (lag-lagi ) jadi korban.

Mari Kawan- Kawan Mahasiswa, bersama kita buat momentum satu tahun masa bhakti Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II ini menjadi ALARM dari MAHASISWA sekaligus media evaluasi bagi para bapak ibu yang duduk di pemerintahan. Agar untuk kepengurusan selanjutnya bisa dijadikan referensi untuk perbaikan dalam menjalankan roda pemerintahan. Terutama dalam hal menepati janji yang sudah terlanjur menjadi hutang kepada rakyat di pangung pesta demokrasi kala itu.

Atas nama Rakyat Indonesia,

HIDUP MAHASISWA!

(eha)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

0 komentar:

Posting Komentar